Judul Asli : Digital Fortress
Judul Terjemahan :Benteng
Digital
Pengarang : Dan Brown
Penerjemah : Ferry Halim
Penerbit
: PT.Serambi Ilmu Semesta
Tanggal & Tahun Cetak : Jakarta, Mei 2006
Tebal
: 567 halaman
Tema
: Thriller teknologi
Novel
ini merupakan novel ketiga Dan Brown yang menceritakan mengenai konflik yang
terjadi di sebuah agensi kriptografi Amerika Serikat, yaitu NSA (National
Security Agency).
Digital Fortress, tokoh utamanya adalah Susan
Fletcher. Kurang apa Susan. Ia cantik, seksi, tinggi, ramping, rambut cokelat
kemerahan dan IQ nya 170! Ia adalah staf di NSA (National Security Agency).
Mungkin tipe saya dan anda idealkan (ho ho ho). Bukan sembarang NSA lagi, dia
bertugas di bagian crypto, yang bertugas memecahkan sandi sandi atau simbol
simbol. Orang orang kriptografi bangga dengan komputer andalan mereka:
Secara matematis, untuk mendapatkan sebuah kunci sandi yang
tepat sama tidak mungkinnya dengan memilih sebutir pasir yang tepat di pantai
sepanjang tiga mil. Diperkirakan bahwa dengan menggunakan brute force attack,
komputer tercepat milik NSA—Cray/Josephson II yang super rahasia—membutuhkan
lebih dari sembilan belas tahun untuk memecahkan sebuah kunci sandi standar
dengan 64 digit. Pada saat komputer tersebut berhasil menemukan kunci sandi dan
memecahkan kodenya, isi pesan kode tersebut mungkin sudah tidak relevan.
Terjebak di tengah kekacauan dunia intelijen virtual, NSA
mengeluarkan sebuah perintah rahasia yang disokong oleh Presiden Amerika
Serikat. Didukung oleh dana federal dan sebuah surat kuasa untuk mengambil
semua tindakan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah ini, NSA mulai
membangun sesuatu yang mustahil: sebuah mesin pemecah kode universal yang
pertama di dunia. Walaupun bertentangan dengan pendapat para insinyur bahwa
mesin tersebut sama sekali tidak mungkin dibuat, NSA tetap berpegang pada
motonya: segalanya mungkin. Hal-hal yang kelihatannya tidak mungkin hanya
membutuhkan waktu yang lebih panjang. Setelah memakan waktu lima tahun,
setengah juta jam kerja, dan dana sejumlah 1,9 miliar dolar, NSA membuktikan
kehebatannya sekali lagi. Bagian terakhir dari tiga juta prosesor berukuran
sebesar perangko dipasang dengan solder tangan. Bagian terakhir dari
pemrograman internal telah selesai dan cangkang keramik telah dipatri rapat.
TRANSLTR telah lahir.
Dengan Transltr, tidak ada lagi yang rahasia di dunia maya.
Khusunya bagi NSA atau Amerika. Password email dapat dibongkar dalam hitungan
detik. Tidak ada lagi privacy, tidak ada lagi rahasia. Ensei Tankado, keturunan
Jepang yang juga staf di NSA memilih keluar dari badan ini. Dia tak setuju
sebuah badan yang melanggar hak hak privacy publik. Tak lama kemudian dia
mengumumkan telah menemukan 'digital fortress', sebuah benteng digital yang
melindungi dokumen dengan password yang tak mungkin terpecahkan oleh mesin
manapun, termasuk Transltr. Yang lebih mengejutkan dia melelang penemuannya ini
ke seluruh dunia. Tak lama, Tankando mati dibunuh....
Bahkan kematian Tankando bukan akhir masalah buat NSA.
Sebuah 'cacing', sesuatu yang lebih dahsyat dari virus mulai menginfeksi gudang
data digital NSA. Itu berarti setiap orang di seluruh dunia nantinya bisa
mengakses data rahasia Aamerika. Itu berarti setiap negara mempunyai akses
untuk mengcopy konstruksi rudal balistik Amerika, peta peta satelit, dan
teknologi termutakhir kapal selam militer. Sebuah password dari almarhum
Tankando harus dipecahkan. Tapi bagaimana caranya?
Buku ini jika dibandingkan dengan karya Dan Brown
yang terdahulu seperti Demon and Angel dan The Da vinci Code memiliki kualitas
yang menurun. Namun buku ini tetap layak dibaca. Buku ini menghadirkan
ketegangan non-stop saat membacanya. Selain itu disini Dan Brown juga
memberikan pesan penting yakni patriotisme dan kebebasan. Buku ini adalah thriller
teknologi jadi bagi pecinta teknologi, maka buku ini akan sangat memuaskan
dikarenakan buku ini memiliki pemahaman yang kuat tentang teknologi-teknologi
yang sedang dihadapi serta permasalahannya. Buku ini membuat pembacanya
menimbang-nimbang apakah mungkin kejadian di buku ini terjadi di kehidupan
nyata. Selain itu seperti buku ini juga menyajikan kebiasaan Dan Brown yakni
selalu membuat buku yang membuat pembacanya “mikir keras” akan misteri-misteri
yang dibuatnya. Buku ini tidak cocok untuk dibaca anak kecil dikarenakan sama
seperti novel-novel Dan Brown yang lain buku ini juga penuh dengan
kontroversi-kontroversi yang harus dicerna terlebih dahulu.